Friday, September 20, 2013

SENI DAN BUDAYA BETAWI II

Budaya Betawi 

Adat kebiasaan adalah tingkah laku tradisional yang dipelajari dari ucapan lisan orang tua kepada anaknya atau dengan jalan peniruan, yang lama-lama melembaga dalam kehidupan sosial. Bila adat kebiasaan itu disertai dengan selamatan maka ia menjadi upacara. Dalam hidup orang Betawi terdapat upacara-upacara adat baik yang sakral maupun yang tidak. Upacara-upacara itu merupakan fase-fase atau fragmen­ fragmen kecil yang sudah mendarah daging sehingga akan terasa ganjil jika orang Betawi tidak melaksanakannya dalam perjalanan hidupnya. Dikalangan orang Betawi adat kebiasaan dan upacaranya merupakan ciri penanda yang khas, berbeda dengan yang terdapat pada suku bangsa lain.
Berikut beberapa adat kebiasaan Betawi ataupun upacara lingkaran hidup individu:

1. Mapas
Upacara yang dilakukan apabila ada seorang ibu yang baru melahirkan. Pada upacara ini, si ibu yang baru melahirkan diharuskan memakan “sayur papasan” yang isinya terdiri dari berbagai macam sayur mayur agar si ibu tetap sehat, demikian juga bayi yang baru dilahirkannya.

2. Puput Puser
Atau “puputan” adalah suatu upacara yang dilakukan apabila tali pusat bayi sudah lepas (puput). Orang Betawi mengadakan selamatan ala kadamya.

3. Aqiqahan



Upacara selametan untuk anak yang baru dilahirkan dengan memotong kambing, laki-laki 2 ekor kambing, perempuan 1 ekor kambing. Seperti yang diajarkanjuga dalam agama Islam. Serta Suatu upacara bagi anak bayi berusia 40 hari, yaitu upacara menyukur rambut bayi.








4. Nginjek Tanah



Biasanya diadakan upacara ini apabila seorang bayi telah mencapai umur delapan bulan, diadakan selamatan ala kadamya dengan membuat sedekahan berupa nasi dengan lauk-pauknya serta kue-kue, roti, pisang, dan sebagainya.

5. Upacara Sunatan



Di masyarakat Betawi, sunat diartikan sebagai pembeda. Maksudnya, pembeda usia antara anak-anak dengan seseorang yang sudah akil balig. Orangtuanya berembuk atau berdiskusi dan bermusyawarah dengan tetua atau sesepuh kampung untuk melaksanakan upacara sunat.

6. Tamatan Qur’an





Khatam Qur’an Khatam Qur’an di Betawi sering disebut Tamatan Qur’an. Upacara ini sangat penting bagi orang Betawi karena ini sebagai pertanda bahwa seseorang yang sudah melaksanakan upacara Tamatan Qur’an dianggap telah menjadi orang yang mengerti ajaran agama Islam.

7. Upacara Nujuh Bulanan



Upacara yang berkaitan dengan masa kehamilan 7 bulan. Nujuh diambil dari jumlah hari yang berjumlah 7 hari. Bilangan tujuh dipakai sebagai patokan pada upacara nujuh bulan. Maksud upacara untuk mendapatkan rasa aman dengan membaca Al-Quran surah Yunus dan Maryam. Agar anaknya jika perpempuan akan secantik Maryam dan Nabi Yunus as. Tuhan, memohon keberkahan dan perlindungan pada-Nya agar anak yang akan dilahirkan kelak bisa lahir dengan selamat, menjadi anak yang sholeh , berbudi luhur dan patuh kepada kedua orang tuanya.

8. Upacara Pernikahan



Upacara adat perkawinan Betawi dilakukan melalui beberapa tingkatan upacara yang berhubungan atau berkaitan satu sama lainnya. Diantaranya :
- Ngedelengin
-Ngelamar
- Bawa Tande Putus
-AkadNikah
- Kebesaran
-Negor
- Pulang Tige Ari

9. Bakal
Adat kebiasaan yang sering dilakukan oleh orang Betawi dahulu dengan maksud untuk menyambut kedatangan calon pengantin laki-laki yang akan mengunjungi rumah caJon mertuanya untuk bersalaman pada waktu Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri.

10. Bikin dan Pinde Rume
Dilakukan saat orang Betawi akan melakukan pembangunan rumah. Dan pindah ke rumah yang baru.

11. Nazar
Masyarakat Betawi pinggir menyebutnya “ngucap” dan “kaulan”. Merupakan semajam janji yang diniatkan dalam hati dan diucapkan dengan tegas serta dapat didengar oleh orang disekitamya. Nazar itu harus dilaksanakan sesuai janji manakala tidak dilaksanakan akan berakibat buruk bagi si nazar.

12. Lebaran



Bagi orang Betawi, lebaran adalah salah satu puncak kegembiraan setelah menjalankan masa bakti dan ketakwaan. Untuk sampai pada tahap lebaran beberapa tahap lagi yang harus dilalui dengan baik dan benar. Orang Betawi mengenal paling sedikit tiga rnacam lebaran, yaitu lebaran Idul Fitri, Lebaran Haji, dan Lebaran Anak Yatim.

13. Upacara Kematian atau Haul



Atau tahlilan, diselenggarakan oleh para anggota keluarga apabila ada kematian. Mengadakan selamatan atau sedekahan, selamatan semacam ini juga diadakan pada waktu yang meninggal telah mencapai 7 hari, 40 hari, 100 hari, dan 1000 hari dari saat meninggalnya.

14. Ngelawat atau Nyelawat





Pergi berkunjung ke rumah tetangga, sanak-keluarga ataupun orang lain yang sedang ditimpa kemalangan, misalnya apabila ada kematian.

No comments :

Post a Comment